Sabtu, 03 September 2011

Kebangkitan Nurani

      Perasaan semu sering sekali menghantui kita. Semakin lama kita semakin rapuh dalam hempasan cobaan. Kita tidak menyadari bahwa semua kesalahan bersumber dari diri kita. Belum selesai satu masalah muncul, muncul satu masalah baru, inilah yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Sebenarnya kita mampu mengatasinya tapi ego kita mengatakan lain.
     Beribu-ribu Dharma yang telah kita dengar bahkan ada yang mengucurkan air mata sambil mengucapkan tekad suci, tapi tak satupun yang dapat kita lakukan. Beratus-ratus pekerjaan Tuhan telah kukerjakan, tapi tak satupun yang menembus kesadaran tertinggi dalam diriku.
     Telah lama kita berjalan menurut kehendak badan. Telah lama kita begitu terpusat pada pementingan diri. Kita tidak berani memutuskan hubungan dengan badan kita. Dalam hidup ini kita sering menyalahkan Tuhan karena hambatan dan cobaan yang tidak mampu kita hadapi. Sesungguhnya kita tidak percaya kepada Tuhan sepenuhnya. Kita tidak percaya akan pembalasan Hukum Karma, yang dalam hal ini ibarat seperti seorang akuntan yang tidak akan pernah salah dalam menghitung aktiva dosa-dosa dan pahala yang kita perbuat. Kita hanya mau melihat kesalahan orang lain, dan membutakan hati kita terhadap kesalahan kita sendiri. Nasehat yang berharga sering kita abaikan demi kulit muka yang tebal ini. Sikap lugu dan polospun musnah dalam hati kita. Memang kita harus mengakui bahwa kita bukanlah orang suci ataupun pembina yang tinggi. Tetapi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melaksanakan kewajiban Nurani, bukan ?
     Ingatlah selalu, bahwa kita sebagai seorang siswa Ketuhanan harus merasa  memiliki dan melaksanakan Ketuhanan. Bukan karena kita berbeda dengan orang-orang atau agama-agama lain,  tetapi kita lebih merasa memiliki Ketuhanan saat kita menjalaninya.
     Apabila suatu saat kita melihat senior kita berbuat yang tidak sesuai dengan Hati Nurani, jangan sekali-kali memandang dengan mata dunia. Karena dalam hatimu akan timbul pernyataan, "Seorang senior saja berbuat begitu bagaimana yang lain?"
     Dalam alam semesta ini mempunyai hukum-hukum yang tidak tertulis, begitupun dalam kehidupan duniawi. Demikianlah Lao Mu sengaja menciptakan ada atasan dengan bawahan, supaya bisa terlihat mana yang bisa menjalankan perannya dengan baik, mana yang pura-pura. Keadaan akan kacau apabila yang tua tidak membimbing yang muda, ataupun yang muda tidak menghormati yang tua. Bila suatu saat kita berada di atas jangan lupa melihat ke bawah. Bila tidak kita akan lupa terhadap diri kita yang sejati. Jika suatu saat kita dijatuhkan ke bawah jangan lupa ingatkan diri kita bahwa diri kita yang sejati tidak hina dan rendah.
     Demikianlah kita tidak terlepas dari tanggungjawab sebagai pencari kebenaran. Hidup adalah untuk kebenaran, dimanapun kita berada kita jangan lagi berpaling ! Bila berpaling maka sesungguhnya kita sudah matidari hidup ini.